POTRET KEMISKINAN PROVINSI PAPUA - Sebelum dan Setelah adanya Pandemi Covid-19
Membahas kemiskinan sepertinya sudah tidak asing lagi. Pasalnya kemiskinan adalah
masalah polemik di berbagai negara. Bahkan, PBB telah mengutamakan isu
kemiskinan sebagai tujuan utama pembangunan dunia. Hal ini sebagaimana termuat
dalam suistanable Development Goal’s (SDG’s) poin pertama yaitu no
poverty yang bermakna “Penghilangan Kemiskinan dan Kelaparan”. Pertimbangan
bahwa kemiskinan masih menjadi problem di berbagai negara di dunia ini, maka
“penghilangan kemiskinan dan kelaparan” pada 2030 menjadi “tulang punggung”
dari tujuan agenda pembangunan berkelanjutan.
sumber: internet
Kemiskinan merupakan
masalah yang kompleks yang banyak dialami diberbagai negara dan di suatu daerah
di dalam negara. Kemiskinan
adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan
ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan
pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan
untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat
dan standar pendidikan. Kemiskinan bukan
hanya saja menimbulkan masalah-masalah sosial tetapi kemiskinan juga menimbulkan
masalah dalam pembangunan ekonomi di suatu negara atau di suatu daerah. Karena
apabila tingkat kemiskinan tinggi maka pemerintah akan banyak mengeluarkan
biaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi. Sehingga hal itu dapat dikatakan
bahwa kemiskinan dapat menghambat keberhasilan suatu pembangunan ekonomi.
sumber: internet
Salah satu penyebab
kemiskinan yang tidak sering dibahas adalah bencana atau wabah penyakit. Wabah
virus corona yang lebih dikenal dengan pandemi Covid-19 telah mengguncang dunia
sejak akhir tahun 2019. Pandemi ini menyebar secara global meliputi area
geografis yang luas. Pada awal Maret 2020, Covid-19 masuk ke Indonesia dengan
jumlah terinfeksi yang terus meningkat dan wilayah sebaran yang semakin meluas,
sehingga dinyatakan sebagai bencana nasional non-alam.
Bagaimana Potret Kemiskinan di Provinsi Papua (sebelum dan setelah adanya pandemi covid-19)?
Papua, satu kata yang mengingatkan kita
pada satu provinsi paling timur di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Papua
adalah sebuah
provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Nugini bagian barat.
Provinsi ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat sejak tahun 1969
hingga 1973, namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto
pada
saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap
digunakan
secara resmi hingga tahun 2002. Nama provinsi ini diganti menjadi Papua
sesuai
UU No 21/2001 Otonomi Khusus Papua. Provinsi
yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah di seluruh daratannya. Provinsi
yang kaya akan bahan tambang dan kecantikan panorama bawah lautnya yang sangat
memukau. Keindahan alam, kekayaan sumber daya alam, hutan yang lebat,
masyarakat yang sangat ramah dan masih menjunjung nilai-nilai budaya adalah
salah satu daya tarik Papua dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di
Indonesia. Namun sayang, dari begitu banyaknya kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh tanah yang kaya tersebut terdapat berbagai masalah yang belum
diselesaikan. Sebagai contoh adalah masalah dalam pertumbuhan perekonomian.
Disaat semua daerah di Indonesia menikmati kesejahteraan, masyarakat Papua
masih harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup di tanah yang memiliki
sumber daya yang sangat melimpah. Mereka masih berkutat dengan kehidupan mereka
yang jauh dari kata berkecukupan.
Menurut
data BPS (2020), setelah DKI Jakarta, berturut-turut Provinsi DI Yogjakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Banten, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Riau, NTB, NTT, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua
mengalami dampak pandemi Covid-19 cukup besar. Seluruh wilayah ini diduga
mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin dengan intensitas yang berbeda.
Dilihat dari sebaran provinsi, Papua menduduki provinsi termiskin di Indonesia
sedangkan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Papua merupakan Provinsi dengan tingkat
pengangguran rendah namun memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Data kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa kemiskinan di Papua memiliki variasi spasial. Persentase
penduduk miskin pedesaan di Papua adalah 8 kali persentase penduduk miskin di
perkotaan.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
Provinsi
Papua memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi diantara 33 Provinsi lain di
Indonesia. Papua memiliki tingkat kemiskinan di tahun 2019
sebesar 926,36 ribu jiwa atau 27,53% pada semester 1 dan 900,95 ribu jiwa atau 26,55%
pada semester 2. Dengan terus mengalami peningkatan hingga tahun
2020 sebesar 911,37 ribu jiwa atau 26,64% pada semester 1 dan 912,23 ribu jiwa
atau 26,80% pada semester 2.
Tingkat
kemiskinan di Papua terus menunjukkan adanya peningkatan dan tingkat
kemiskinan di Papua masih yang tertinggi.
Secara persentase, penduduk miskin di Papua meningkat 0,09 persen poin
yaitu dari 26,55 persen pada September 2019 menjadi 26,64 persen per Maret
2020. Namun presentase penduduk miskin di Papua untuk daerah perkotaan
mengalami penurunan sebanyak 0,06 persen poin menjadi 4,47 persen yakni 4,53
persen pada September 2019. Hanya untuk perdesaan, naik sebanyak 0,14 persen
poin menjadi 35,50 persen atau 35,36 persen pada September 2019. Hal ini
dikarenakan peranan komoditi makanan terhadap Garis kemiskinan (GK) jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan, baik perkotaan maupun
pedesaan.
Pada Maret
2020 sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan
sebesar 66,82 persen, sedangkan perdesaan sebesar 78,89 persen. Sementara komoditi makanan yang berpengaruh
besar terhadap GK Provinsi Papua di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek
filter, telur ayam ras, ikan kembung dan daging ayam ras. Sedangkan komoditi
makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat
atau ubi, beras, rokok kretek filter, daging babi, dan daging ayam ras .
Beberapa faktor
penyebab tingginya tingkat kemiskinan di Papua, seperti belum meratanya program
pembangunan, fluktuasi harga kebutuhan pokok, aksesibilitas yang cenderung
sulit karena kondisi topografi Provinsi Papua, kurangnya tenaga dan fasilitas
kesehatan dan pendidikan, serta masyarakat yang masih bergantung pada bantuan
pemerintah. Strategi yang telah
dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, terutama di Papua, yaitu
program keluarga harapan (PKH), bantuan sosial pangan berupa beras sejahtera
dan bantuan pangan non tunai, reformasi kebijakan energi termasuk subsidi listrik dan subsidi LPG, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program Indonesia Pintar (PIP), Kartu Papua Sehat (KPS), Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Daftar Pustaka:
https://www.papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html
https://www.mkduncen.ac.id/masalah-perekonomian-di-papua/
http://e-journal.uajy.ac.id/1756/3/2EP15294.pdf
https://hot.liputan6.com/read/3936545/5-penyebab-kemiskinan-dan-definisinya-yang-wajib-diketahui
https://www.mkduncen.ac.id/masalah-perekonomian-di-papua/
Komentar
Posting Komentar